Showing posts with label Tazkirah Diri Sendiri. Show all posts
Showing posts with label Tazkirah Diri Sendiri. Show all posts

Monday, 3 June 2013

♥ Sebab-Sebab Malas Beribadah


Pertama : Bergelumang dengan perbuatan dosa dan maksiat.
Sebab pertama dari beberapa sebab yang menjadikan seorang malas dalam beribadah adalah bergelimang dalam dosa dan maksiat

Sufyan Ats-Tsauri pernah menuturkan, "Aku pernah tidak boleh menjalankan solat tahajjud selama 5 bulan. Hanya kerana 1 dosa yang dulu aku lakukan." (atau ucapan yg senada)

Bagaimana dengan kita?
Seorang muslim yang bergelimang maksiat dan terkhusus dosa kecil yang sering diremehkan dan dilupakan kebanyakan manusia adalah salah satu sebab lesu, malas dan meremehkan ibadah dan ketaatan. Jika seorang malas beribadah, maka ia terancam dengan kemurkaan Allah. Tahukah Anda, apa kemurkaan Allah tersebut ?

Sungguh Allah akan melenyapkan manisnya iman, tidak mengurniakan kepadanya kelazatan dalam ketaatan. Inilah murka Allah yang akan menimpanya, selanjutnya ia tidak mampu mengerjakan ketaatan dan ibadah, padahal meraih ketaatan dan ibadah adalah untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh sebab itu Allah swt berfirman

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy-Syura:30)

Maka dari itu, hendaklah seorang muslim menjauhi perbuatan maksiat dan dosa-dosa kecil yang dianggap remeh. Oleh sebab itu jauh hari Rasululloh saw mengingatkan kita dengan sabdanya,

“jauhilah dosa-dosa kecil, karena jika ia bertumpuk-tumpuk pada hati seseorang, maka ia akan mencelakakan orang tersebut.”

Jauhilah segala dosa kecil dan besar itulah ketaqwaan, jadilah engkau seperti orang yang berjalan di atas jalan berduri yang selalu waspada, janganlah engkau meremehkan dosa kecil, karena sebuah gunung itu tersusun dari batu-batu kecil.

Ke-dua : Tidak Faham Tentang Keutamaan Ibadah
Sebab kedua yang membuat seseorang malas mengerjakan ketaatan dan ibadah adalah melupakan kepentingan ibadah. Diantara bentuk kelalaian seseorang adalah melupakan dirinya bahwa ia adalah mahluk yang lemah, hanya karena kehendak dan kekuatan Allah sahaja lah ia menjadi kuat dalam menjaga dan mengerjakan ketaatan dan ibadah.
Seorang muslim harus mengetahui dan memahami bahwa beribadah dan beramal solih adalah sebab dan inti mendapatkan bantuan dan pertolongan Allah, sesungguhnya tekun mengerjakan amal soleh adalah cara meraih pertolongan Allah swt.

Allah swt berfirman; “dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”(QS. Al-ankabut:69)

Ke-tiga : Melupakan Kematian
Diantara sebab malas dalam beribadah adalah melupakan kematian dan kejadian-kejadian selepasnya. Sesungguhnya melupakan kematian dan kesulitan-kesulitan setelahnya adalah penyebab seseorang malas untuk beribadah, taat dan malas beramal soleh.

Seseorang yang melupakan kematian menjadi salah satu punca untuk malas beribadah, maka dari itu bagi setiap muslim sangat dianjurkan untuk tidak berlebihan dalam melihat segala kenikmatan keduniaan. Allah swt berfirman

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.”(QS. Ali Imran : 185)

Ya, Kematian adalah obat bagi orang yang panjang angan-angan, orang yang keras hatinya dan yang banyak dosa. Oleh sebab itu Rasulullah saw bersabda “perbanyaklah mengingati mati.”

Ke-empat : Tidak Tahu Besarnya Pahala Suatu Ibadah
Jika seseorang mengetahui betapa besarnya suatu ibadah, nescaya dia akan rajin mengerjakannya. Oleh itu, hendaklah kita bersungguh-sungguh untuk memahami keutamaan ibadah dengan membaca buku-buku yang menjelaskan akan keutamaan dan ganjaran ibadah itu. Kerana jika seseorang mengetahui keutamaan dan besarnya pahala bagi sesuatu ibadah ia akan bersungguh-sungguh mengerjakan ibadah.

Ke-lima : Berlebih-lebihan Dalam Hal Yang Mubah
Mubah adalah suatu perkara yang jika dikerjakan seorang muslim mukallaf tidak akan mendapat dosa dan tidak mendapat pahala. Contoh : makan dan minum, pakaian, kenderaan, belanja, melamun, dan lain sebagainya akan menyebabkan kita malas beribadah, kerana berlebih-lebihan dalam hal tersebut akan menyebabkan kita lesu, ingin mudah istirahat dan tidur.

Berlebih-lebihan dalam perkara mubah seperti dalam makanan dan minuman adalah penyebab kerasnya hati. Karena hati akan bersih dan lembut jika dalam kondisi lapar dan sedikit makan dan hati akan menjadi keras jika dalam keadaan kenyang, hal ini adalah sunnatullah yang tidak pernah berubah. Celakalah orang yang keras hatinya dan tidak ingat Allah. Bahkan seorang muslim yang bersungguh-sungguh dalam beribadah, mengerjakan kebaikan dan ketaatan bahkan berpenat dalam mengerjakan solat tahajud pun tidak akan merasakan lazat dan manisnya ibadah jika berlebihan dalam perkara mubah tersebut.

Ibnu Qayyum rahimahullah berkata “Banyak makan akan menimbulkan keburukan, banyak makan dapat menjerumuskan anggota badan untuk melakukan maksiat dan berat untuk melakukan ketaatan. Maka cermatilah keburukan ini.”

Wallahu ‘alam

Kredit : tabloid/majalah ummi edisi 9/XII/2000

♥ Tips untuk meningkatkan semangat ibadah,

 
Tips Ustaz Tate Qomaruddin (Memahami Fadilat Ibadah)
  1. Kenali dan fahami keutamaan (fadilat) setiap ibadah. Bacalah ayat-ayat Qur’an atau hadits sahih yang menerangkan keutamaan ibadah.
  2. Ubah lintasan hati untuk melakukan ibadah menjadi keinginan, lalu tekad. Caranya dengan selalu mengingat bahwa hidup kita belum tentu masih panjang.
  3. Sering mengadakan berkumpul (majlis, halaqah) untuk saling menasihati dan mengingatkan.
  4. Biasakan diri lihat bagaimana para sahabat dan tabi’in bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah (membaca sirah/perjalanan hidupnya).
  5. Bersikap sederhana dalam melaksanakan ibadah. Jangan memaksa diri secara berlebihan. Kerana ibadah yang baik adalah yang dilakukan secara berterusan walaupun sedikit.
  6. Mintalah kepada orang tedekat untuk mendorong melaksanakan ibadah atau mengingatkan apabila kita lalai dalam beribadah.
  7. Berdo’a. Diantara do’a yang diajarkan adalah “Allahumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika” (Ya Allah, bantulah aku untuk selalu mengingat-Mu, untuk bersyukur kepada-Mu, dan untuk melaksanakan ibadah kepada-Mu secara baik).
Tips Dr. Setiawan Budi Utomo (Buat Kepelbagaian Dalam Ibadah)
  1. Perbesar kerinduan untuk "berkomunikasi dan bermesraan" dengan Allah SWT.
  2. Rasakan hati seperti kering, hampa, dan ada yang hilang bila berkurang ibadah.
  3. Jadikan ibadah sebagai media untuk merehatkan jiwa, penguatan mental, dan penguat dalaman.
  4. Cubalah melakukan penghayatan dalam ibadah untuk membuang kejenuhan.
  5. Tingkatkan dorongan mensyukuri nikmat untuk menyingkirkan kemalasan ibadah.
  6. Yakinilah ibadah sebagai sumber kekuatan, media pemujuk dan penggerak hidup.
  7. Hindarilah kemaksiatan lahir dan batin yang menghalangi kelazatan ibadah    
Tips Ustazah Helini (Amal Sebagai Pelaburan Abadi)
  1. Memahami tujuan hidup - Ibadah kepada Allah SWT adalah merupakan tujuan dari penciptaan kita. Apapun bentuk amal perbuatan kita harus dilakukan dengan kesedaran baahwa Allah SWT selalu berada bersama kita dan mengawasi gerak-gerik kita. 
  2. Memahami nilai dunia dibandingkan akhirat - Dunia bukanlah segala-galanya.
  3. Meyakini dengan sepenuhnya konsep perhitungan (yaumul hisab) - Setiap amal sekecil apapun ada nilai dan pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT.
  4. Mengakrabkan diri dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah
  5. Menghindari semua bentuk kemaksiatan dan dosa-dosa kecil
  6. Mengingat bahwa kematian itu datang secara mendadak
  7. Memohon pertolongan dan bantuan pada Allah SWT
Kredit :  tabloid/majalah ummi edisi 9/XII/2000

Saturday, 19 January 2013

♥ JUST LISTEN… (hanya dengan mendengar!) - Ustaz Pahrol



Percayalah, kekadang manusia hanya inginkan ‘didengar’ bukan penyelesaian. Kerana dengan didengar, manusia terasa dihargai, disayangi dan dihormati. Jika kita ingin dicintai, cukuplah dengan menjadi pendengar. Tidak perlu melakukan apa-apa, cuma dengar…

Saya sendiri menempuh pelbagai kesalahan dan kesilapan dalam hidup akibat tidak mendengar. Sangka saya, dengan berkata-kata kita boleh meraih kemesraan. Rupa-rupanya tidak. Kita akan lebih dicintai, jika kita menjadi pendengar.

Kita pernah mendengar di corong radio apabila masyarakat menghubungi pakar motivasi, ulama, ustazah dan pendakwah… Acapkali mereka bukan meluahkan masalah. Mereka hanya bercakap dan bercakap… mengapa? Ya, mereka hanya ingin didengar.

Alangkah indahnya jika kita punya masa dan sedia meluangkan masa untuk menjadi pendengar. Kehausan untuk didengar ialah petanda kehausan kasih sayang dan cinta. Manusia tercari-cari siapa yang sudi menjadi pendengar untuk diluahkan segala dan semua. Sekali lagi, bukan inginkan penyelesaian tetapi hanya inginkan penghargaan dan kasih sayang.

Mari pada hari ini, kita bertekad untuk menjadi pendengar. Ketapkan mulut dan bukakan hati dan telinga untuk mendengar. InsyaAllah, kasih sayang akan bertaut dan berbunga kembali. Jangan biarkan isteri, suami, anak, pelajar, pekerja, pengikut dan pesakit kita ternanti-nanti… mulakanlah tugas cinta yang pertama: Just listen…hanya dengan mendengar.

Dari saya, hanya seraut catatan.

HANYA DENGAN  MENDENGAR…
Manusia memerlukan didengar kata-katanya sama seperti dia perlukan makanan. Tanpa makanan akan lemahlah jasad, sakitlah badan. Tanpa didengar akan tumpullah perasaan dan lumpuhlah emosi. Manusia yang membesar tanpa diberi hak didengar akan menjadi manusia yang kurang cerdas emosinya apabila dewasa kelak. Dia akan gagal mengurus perasaan marah, kecewa, takut dan dendamnya. Orang yang begini, akan gagal dalam hidupnya.

 Peri pentingnya didengar dalam hidup seseorang itu hingga menyebabkan bijak pandai mengungkapkannya melalui kata-kata hikmah yang berbunyi:“Tugas cinta yang pertama ialah mendengar.” Ertinya, kekasih yang baik ialah kekasih yang mendengar rintihan, keluhan, aduan dan rayuan pasangannya. Justeru, dengan mendengar cinta akan lebih subur dan harum.

Orang yang banyak mendengar akan banyak belajar dalam hidup ini. Orang yang banyak mendengar bukan sahaja banyak pengetahuan tetapi akan banyak kawan dalam masyarakat. Mungkin kerana itu Allah ciptakan kita dua telinga dan satu mulut sebagai simbolik, kurangkan berkata-kata tetapi banyakkan mendengar. Malangnya, kebanyakan manusia lebih suka “memperdengarkan” daripada mendengar cakap orang lain.

 Lidah selalu menyebabkan telinga menjadi tuli. Dalam pergaulan, kita selalu sahaja ingin memonopoli perbualan. Kononnya dengan banyak bercakap kita akan terlihat pandai dan bijak berbanding orang yang diam. Kebanyakan kita menyangka orang yang diam itu bodoh. Tidak ada idea dan pendek wawasan. Sedangkan diam itulah terpuji dan bermanfaat. Kata bijak pandai:“Diam itu banyak hikmahnya tetapi sangat sedikit sekali orang mengambil manfaatnya.”

Cuba lihat orang di sekeliling kita dan lihat kita sendiri. Apakah kita banyak mendengar daripada berkata-kata? Maaf, kerap kali kita ingin jadi jaguh dan wira yang tidak henti-henti berkokok di mana-mana. Bila bercakap kita seolah-olah serba tahu. Kita mengetuai perbualan, kita menjuarai percakapan. Mengapa?
Ya, sering berlaku pangkat, harta, nama serta jawatan menyebabkan seseorang tidak sudi lagi menjadi pendengar. Pangkat ku lebih tinggi, aku cakap kau dengar. Nama ku lebih tersohor, jangan cuba-cuba mencelah bila aku berbicara. Kau tak layak menasihati aku, ilmu ku lebih tinggi. Begitulah yang kerap kita lihat dalam kehidupan. Bukan orang lain tetapi diri kita sendiri!

 Apakah dengan mendengar kita menjadi hina, miskin dan tidak ternama? Jika itulah anggapan kita jelas kita sudah tersalah. Menjadi pendengar menjadikan kita orang yang tawaduk (rendah diri). Orang yang tawaduk akan ditinggikan Allah. Orang yang mendengar akan lebih banyak belajar daripada orang yang asyik berkata-kata.

 Semakin banyak kita belajar semakin banyak ilmu yang kita peroleh. Dan bila semakin banyak ilmu yang kita miliki, maka semakin tinggilah darjat kita di sisi Allah dan manusia. Bukankah dalam Al Quran Allah telah menegaskan bahawa darjat ahli ilmu itu ditinggikan oleh-Nya berbanding orang yang tidak berilmu?
 Justeru, Allah yang Maha Pencipta juga bersifat Maha Mendengar – “sami”. Dan salah satu nama Allah yang baik dan indah ialah as Sami’. Allah maha mendengar rintihan, aduan, kebimbangan, luahan rasa daripada hamba-hambanya pada setiap masa, tempat dan ketika. Allah adalah “kekasih” setia yang sentiasa mahu mendengar rintihan hamba-hamba-Nya. Jika kekasih di kalangan manusia akan jemu jika masalah yang sama diperdengarkan berulang-ulang kali sebaliknya Allah tidak sebegitu. Allah bersedia mendengarnya  bila-bila masa sahaja.

 Jika ada jutaan manusia mengadu dan merintih kepada Allah, Allah tetap mendengar semua rintihan itu dengan terang dan jelas. Sedangkan seorang kaunselor, ulama, khadi, hakim yang terbaik sekalipun tidak mampu mendengar dua, tiga masalah daripada klien yang berbeza pada suatu masa dalam keadaan serentak.  Inilah kehebatan Allah sebagai As Sami’. Bukan sahaja Allah mahu mendengar bahkan mampu mendengar seluruh pengaduan hamba-Nya pada satu masa!

 Allah mulia dan agung kerana kesudian dan kesediaan-Nya mendengar rintihan dan pengaduan manusia. Begitu juga jika ada manusia yang mahu mendengar rintihan dan pengaduan manusia lain… dia juga akan ditinggikan darjatnya. Allah sudi mendengar rintihan semua manusia tanpa mengira pangkat, derjat, harta dan rupa paras. Allah mendengar permintaan seorang raja, Allah juga mendengar rintihan seorang hamba. Allah Maha Adil…

Seorang pesakit, datang merintih kerana penyakitnya… Allah mendengar. Seorang menteri mengadu hal-hal negara… Allah mendengar. Seorang isteri mengadu hal rumah tangga… Allah mendengar. Apa pun dan dari sesiapapun Allah tetap mendengar. Pintalah hal sekecil-kecilnya dan pintalah hal yang sebesar-besarnya, Allah tetap sudi mendengarnya. Daripada rintihan seorang pengemis yang merayu untuk mendapatkan sesuap nasi, sehinggalah kepada munajat seorang soleh yang memohon syurga, Allah tetap sudi mendengar, justeru Allah itu bukan sahaja mendengar tetapi Dia Maha mendengar!

Sebaliknya, manusia terlalu ego dan bersikap berat sebelah termasuk dalam soal mendengar ini. Ya, jika orang yang bercakap tinggi pangkatnya, maka dia senyap terpaku membisu. Tetapi jika yang bersuara itu orang bawahan, maka dia mendengar sambil lewa atau cepat-cepat memotong cakap sebelum orang bawahannya itu dapat menghabiskan percakapannya. Kalau sikaya menegur, semua menelinga dan tunduk akur. Tetapi bila si miskin yang mengadu, ramai yang berpaling dan menunjukkan reaksi selamba.

 Namun tidak begitu keadaannya pada insan bernama Muhammad saw. Baginda seorang yang sentiasa memberi hak mendengar kepada sahabat, isteri dan pengikut-pengikutnya. Walaupun, baginda “orang besar” yang memimpin negara, tetapi masih sempat mendengar rintihan anak kecil yang terbiar di tepi jalan di satu pagi Hari Raya. Di dalam mesyuarat, baginda sering mendengar pendapat sahabat-sahabatnya. Kekadang baginda ada pandangan, tetapi dirasakannya ada pandangan lain yang lebih tepat… maka diambilnya pandangan yang lebih tepat itu!

 Itulah Rasulullah saw yang paling berjaya meniru sifat As Sami’ Allah swt. Bagaimana dengan kita? Ah, malang, kekadang pangkat tidaklah setinggi mana… namun egonya sudah setinggi langit. Kononnya kitalah yang paling bijak dan mulia. Jika dalam satu majlis kita tidak dialu-alukan dengan kata-kata sambutan, maka kita rasa dipinggirkan. Jika dalam mesyuarat kita tidak dijemput bercakap, terasa orang menafikan keintelektualan, gelaran dan jawatan kita.

 Anda tidak perlu banyak cakap untuk disenangi dan disayangi, cukup dengan menjadi pendengar. Lihat mata orang yang bercakap, buka telinga dan hati, dengarlah dengan penuh simpati dan empati… nescaya orang akan jatuh hati. Bila anak-anak menghampiri kita, pegang tangannya dan ucapkan, apa yang kamu ingin katakan? Ayah atau ibu sudi dan sedia mendengarnya. Jika pekerja bawahan menziarahi atau datang di muka pintu rumah atau bilik anda lalu memberi salam, jawab salamnya dan bawa dia dekat dan dengar luahan katanya.

Dengarlah bisikan orang di sekeliling kita. Insya-Allah, kita tidak akan terpaksa mendengar jeritan. Berapa banyak bisikan yang dibiarkan yang akhirnya bertukar menjadi jeritan yang memeritkan. Isteri ingin mengadu, suami menjauh. Anak hendak bercakap, ibu-bapa membentak menyuruh diam. Pekerja ingin berbincang, dituduh ingin mogok. Rakyat ingin memberitahu, kononnya pemimpin serba tahu…

Terlalu banyak bisikan yang dipinggirkan dan disisihkan. Akhirnya, bisikan menjadi jeritan. Anak derhaka, isteri nusyuz, diceraikan suami, pekerja lari, rakyat berpaling tadah… Semuanya gara-gara dan angkara sikap mendengar yang semakin terhakis dalam kehidupan dan pergaulan.

Dipetik dari :  http://genta-rasa.com

♥ Ketenangan - Dr. Mohd Asri Zainal Abidin

Sakinah.

Salah Sangka Tentaang Ketenangan Hidup.

Ketenangan Sebenar.

Kebahagiaan Yang Sebenar.

Kisah Ketenangan

Kisah Ummu Salamah

Pengalaman Keajaibaan Doa.

Hakikat Dukacita

Khusyuk Dalam Solat

Sunday, 6 January 2013

♥ Bagaimana Dapatkan Rahmat Dalam Rumahtangga

Di samping suami isteri merupakan factor utama dalam melahirkan rumahtangga bahagia, (adalah suatu hakikat yang tidak boleh dilupa bahawa Allah sahaja yang berkuasa penuh sama ada mahu memberi kebahagiaan atau tidak). Maka Allah SWT juga memberi panduan melalui RasulNya. Apakah perkara-perkara yang patut diamalkan agar saluran rahmat sentiasa menuju ke rumah kita, antara lain:

1. Hidupkan salam antara ahli keluarga. 
Sabda Rasulullah SAW bermaksud : “Wahai Anas, ucapkanlah salam kepada ahli rumah engkau nescaya dan ahli rumah engkau mendapat berkat.”

2. Banyakkan membaca Al-Quran dalam rumah. 
Kata Abu Hurairah RA : Sesungguhnya rumah yang sentiasa dibaca ayat-ayat Al-Quran di dalamnya, memberi kelapangan kepada ahlinya, banyak berkatnya dan ianya dikunjungi oleh para malaikat dan keluar darinya syaitan-syaitan dan sesungguhnya rumah yang tidak dibaca Al-Quran di dalamnya membuat kesempitan kepada penghuninya, sedikit berkatanya, keluar darinya oleh para malaikat dan masuk ke dalamnya oleh para syaitan.

3. Banyak sembahyang sunat di rumah.
Sebab itu Rasulullah SAW apabila hendak sembahyang sunat baginda pulang dan bersembahyang sunat di sudut rumahnya, kerana katanya Malaikat Rahmat akan memasuki rumah yang banyak dilakukan ibadat di dalamnya.

4. Hiasi rumah dengan benda-benda yang halal dan bersih.
Dari perhiasan haram kerana rumah yang dihiasi dengan benda-benda haram seperti patung-patung, gambar-gambar lucah dan sebagainya tidak akan dimasuki Malaikat, sedangkan Malaikat pembawa rahmat, rumah yang tidak dimasuki Malaikat ertinya tidak mendapat rahmat dari Allah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW maksudnya:

“Malaikat tidak akan memasuki rumah-rumah yang di dalamnya ada anjing dan patung-patung”.

Ibnu Abbas menceritakan bahawa Rasulullah SAW pada tahun pembukaan Makkah apabila melihat gambar-gambar tergantung di rumah baginda tidak masuk sehingga baginda perintah supaya dihapuskan terlebih dahulu. Ini adalah menunjukkan gambar-gambar lucah adalah dibenci oleh Islam.
Demikian di antara perkara-perkara yang dapat dilakukan oleh para suami dan isteri untuk membentuk sebuah rumahtangga yang aman dan bahagia.

Saturday, 5 January 2013

♥ Ketua Bidadari


"Setiap isteri yang dapat masuk syurga… Dia akan dilantik menjadi KETUA BIDADARI... Bayangkan kecantikan bidadari yang tiada tandingan... Apatah lagi kecantikan KETUA BIDADARI… Hebatnya kecantikan ketua bidadari ni, adalah ibarat cahaya bulan mengambang penuh di musim panas. Para bidadari yang lain pula ibarat bintang-bintang yang bertaburan di sekelilingnya. Hanya menyerlah tika bulan menyepi…" :)


Nabi saw. bersabda,: “Dan sebaik-baik wanita(isteri) ialah mereka yang boleh mengembirakan engkau apabila kamu melihatnya, dan yang mentaati kamu apabila kamu menyuruhnya, dan dia memelihara maruah dirinya dan harta engkau ketika ketiadaanmu“. (HR Nasa’i, Baihaqi, Ahmad dan al-Hakim )

Syurga Menanti Bagi Isteri Yang Mentaati Suami & Ikut Perintah Allah…

Insyallah :)

♥ Maka Bergugurlah Dosa-Dosa

Suami baring di riba isteri..Bagi suami, belaian isteri buat dirinya lega dan lapang dari kepenatan seharian.

Si isteri belai rambut suaminya sambil selawat tunduk mengucup ubun2. Tersenyum mereka saling memandang..Si suami kenyit mata! (>.<)

Rasulullah s.a.w bersabda: apabila seorang suami memandang kepada isterinya dan isterinya memandang kepadanya, maka Allah akan memandang mereka dengan kasih sayang. Lalu bila suami memegang-megang tapak tangan isterinya, maka dosa-dosa mereka akan berguguran melalui jari jemari mereka. (Hadith Shahih)

♥ Isteri Calon Neraka

-Tidak suka mengerjakan solat
-Suka bercakap bohong kepada suami
-Suka berhias utk selain suaminya
-Tidak mensyukuri kesenangan yg diberikan olih suami
-Tidak menghurmati suami
-Suka mencari musuh
-Sombong
-Tidak takut kepada Allah sedikit pun
-Tidak mahu mengaku salah bila buat salah
-Tidak mahu minta maaf kepada suami
-Tidak boleh dinasihati olih siapa saja
-Degil dan keras kepala
-Merasakan diri lebih baik dari orang lain
-Suka berpoya-poya
-Malas melakukan amalan baik seperti membaca quran, selawat dan istighfar
-Suka memandang rendah kepada orang lain

♥ Liciknya Syaitan

Orang yg ber'sms' dgn kekasihnya
beralasan, "ala, mesej je, tak dengar
suara pun!"

Orang yg 'call' mendengar suara
pula berkata,"ala, tak jumpa pun!"

Orang yg berjumpa dgn kekasihnya
memberi alasan, "ala, tak pegang-
pegang pun!"

Orang yg berpegang-pegang pula
berkata, "ala, bukannya berzina
pun!"

Orang yg berzina pula masih ada
alasan, "takdelah sampai
mengandung!"

Wow ! Liciknya kau Syaitan

Friday, 4 January 2013

♥ Orang Jahil

 
"Aku mampu berhujah dengan 10 orang yang berilmu tetapi aku pasti akan kalah berhujah dengan seorang yang jahil kerana orang yang jahil tidak pernah faham landasan ilmu".
-Imam Syafie-

♥ Suami Isteri Ahli Syurga

Alkisah, seorang laki-laki buruk rupa dan berbadan pendek menikah dengan seorang wanita cantik jelita.
Pada saat itu isterinya telah berdandan sehingga menjadi semakin cantik dan menawan di mata suaminya.

Sang suami tidak kuasa kecuali terus menerus memandangi istrinya dengan menikmati keelokan isterinya.

Istrinya bertanya, “Ada apa denganmu?”

Dia menjawab, “Demi Allah kamu sangat cantik rupawan.”

Istrinya berkata, “Bergembiralah, aku dan kamu akan masuk Syurga.”

Ia bertanya, “Dari mana kamu tahu itu?”

Isterinya menjawab, “Kerana kamu dianugerahi istri cantik seperti aku lalu kamu bersyukur, sementara aku diuji dengan suami seperti kamu lalu aku bersabar. Orang yang sabar dan orang yang bersyukur sama-sama masuk Syurga.” ~~~ Sooo Sweet Kann... ^__^
Dipetik Dari :: @kutipanHIKMAH

♥ Kelebihan Berzikir


MALAN membiasakan diri dengan berzikir setiap waktu dan ketika sangat besar fadilat nya dan kelebihan nya
 Satu satu nya cara yang terbaik sebagai AMALAN untuk membersihkan hati dan naluri dari sifat dan penyakit

Mazmuzah saperti hasad dengki, takbur, bongkak, sombong dan segala penyakit penyakit hati.

Berikut Adalah Antara Kelebihan2 Zikir:
1) Mendapat keredaan ALLAH dan memperolihi ketenangan pada hati serta dapat merasa kelazatan iman.

2) Mendapat kasih sayang ,kecintaan serta keampunan daripada ALLAH S.W.T,serta dimurahi rezeki

3) Mendapat pembelaan daripada ALLAH S.W.T apabila seseorang itu berada dalam kesusahan dan kedukaan.

4) Menghampiri diri kepada ALLAH serta membuka seluas luasnya
pintu masuk segala kebaikan.

5) Mendapat penghormatan dan kemuliaan dan doa dari daripada sekelian malaikat

6) Dapat merasa keagungan kebesaran kehebatan dan kekuasaan
kerajaan ALLAH S.W.T.

7) Mendapat nur(cahaya) daripada ALLAHS.W.T di dunia dan ketika berada di alam barzakh dan ketika melalui titian sirat kelak.

8) Menjadi pendinding dan perisai dari seksa neraka.

9) Menghalau dan mematahkan gangguan syaitan dan juga sifat buruk juga niat seseorang.


Dipetik dari Blog :: Rakan Sukses.

Monday, 31 December 2012

♥ “All Is Well” – SEMUANYA BAIK BELAKA


Post yang terbaru dari Ustaz Pahrol (http://genta-rasa.com) :
Pernah saya katakan, kita akan diuji melalui apa yang kita sayangi dan dengan apa yang selalu kita katakan. Inilah hakikat yang saya alami semasa cuba berdakwah dalam rangka untuk mendidik diri disamping mendidik orang lain. Saya cuba memujuk hati dengan berkata, “ketika Allah menguji kita dengan apa yang kita sering dakwahkan kepada orang lain, itu petanda Allah mengingatkan kita ketika kita mengingatkan orang lain.” Agar kita tidak memperkatakan apa yang tidak amalkan…
Namun, suara hati juga mengingatkan, supaya terus melakukan kebaikan (berdakwah)… bukan kerana kita sudah baik tetapi itulah cara kita hendak menjadi orang yang baik. Ya Allah, berilah petunjuk kepada kebimbangan hati ini… kerana ujian di jalan dakwah ini kekadang dirasakan terlalu berat berbanding iman yang begitu tipis. Hati sering dipujuk untuk mengakui satu hakikat: Allah tidak akan menguji di luar kemampuan seorang hamba untuk menghadapinya.
Sahabat-sahabat dan saudara-saudaraku, aku sedang diuji. Begitu juga dengan kamu, dan kita semua. Lalu untuk memujuk hati ketika menerima tarbiah Ilahi ini saya nukilkan tulisan ini untuk saya dan kita semuanya… Tajuknya: ALL IS WELL – semuanya baik belaka.      
“Ustaz kata kecemerlangan dunia itu bayangan kecemerlangan akhirat?”
“Ya, “akui saya pendek.
“Atas dasar apa?”
“Berdasarkan kata Imam Syafei, dunia itu adalah tanaman untuk akhirat.”
“Maksudnya?”
“Dunia tempat kita menyemai, akhirat tempat kita menuai. Jika kita hendak merasai buah yang manis dan banyak , sudah sewajarnya pokok yang kita tanam baik dan subur.”
“Saya belum faham…”
Saya merenung wajah pelajar yang sebaya dengan anak saya itu. Dia benar-benar inginkan penjelasan. Terasa masih jauh pendekatan dakwah saya berbanding ulama-ulama silam – yang bercakap dengan jelas, tepat dan lemah lembut.
“Begini nak… jika kita hendak menikmati buah yang manis di akhirat, mestilah pohon yang kita tanam di dunia subur. Maksudnya, di dunia lagi hidup kita mesti cemerlang, itulah petanda di akhirat nanti kita akan cemerlang.”
“Kalau begitu malanglah kalau kita jadi orang miskin, pekerjaan kita buruh, pangkat kita rendah dan kita jadi orang yang biasa-biasa sahaja di dunia.”
“Mengapa begitu?” saya bertanya kehairanan.
“Ya, bukankah orang miskin, marhein dan orang yang biasa-biasa itu dianggap tidak cemerlang di dunia?”
Saya mengurut dada. Mujur dia bertanya.
“Perspektif Islam mengenai kejayaan berbeza dengan takrifan majoriti masyarakat hari ini. Menjadi miskin, seorang buruh dan marhein setelah berusaha bersungguh-sungguh,  bukan bererti gagal. Itu hanya ujian dalam kehidupan.”
Di dalam hati saya bertekad ingin menjelaskan konsep hidup di dunia sebagai ujian terlebih dahulu. Setelah itu baru saya ingin menerangkan erti kejayaan dalam Islam. Ya, lulus ujian baru berjaya.
“Apa maksud dengan ujian kehidupan?” tanyanya lagi. Alhamdulillah, dia membuka ruang untuk saya memberi penjelasan.  Memang benar seperti yang selalu dikatakan, pertanyaan itu kunci kepada ilmu.
“Bila Allah beri kita kaya, belum bererti Allah memuliakan kita… Allah baru menguji kita. Begitu juga apabila Allah berikan kemiskinan buat kita… itu bukan menunjukkan Allah sedang menghina kita tetapi sebaliknya Allah sedang menguji kita. Bukan itu sahaja, apabila Allah kurniakan kuasa, menarik kuasa, rupa yang cantik, rupa yang buruk, ternama atau biasa-biasa sahaja, semuanya ujian untuk kita.”
“Ujian untuk apa ustaz?”
“Ujian sama ada kita mengingati-Nya atau tidak, mentaatinya atau tidak, “ jawab saya.
Melihat dia terdiam, saya menyambung penjelasan, “ orang miskin boleh berjaya jika dalam miskinnya dia mengingati Allah dengan kesabarannya. Orang kaya, mengingati Allah dengan kesyukurannya. Yang berkuasa, menegakkan keadilan kerana Allah. Yang marhein, patuh dan setia kerana Allah juga. Situasi dan kondisi yang kita hadapi dan alami  bukan penentu kejayaan kita tetapi respons kita terhadap kondidi itu yang lebih penting. Apakah kita bertindak balas dengan apa yang kita hadapi seperti selayaknya seorang hamba Allah? Seorang hamba Allah sentiasa mengingati Allah dalam apa jua keadaan, positif mahupun positif…”
“Maksudnya, yang negatif pun jadi positif?”
“Ya, semuanya baik, bergantung pada tindak-balas diri kita. ‘All is well’ – semuanya baik. Ya, semua yang datang dari Allah adalah baik belaka kerana semua itu hanya ujian buat kita. Jika kita menghadapinya dengan hati yang sabar, syukur atau redha… ya kita berjaya!”
“Jadi ada orang kaya, berkuasa dan ternama di dunia ini boleh dianggap gagal?”
“Bukan boleh dianggap gagal tetapi  mereka memang gagal. Sekiranya dengan ujian kesenangan, kekuasaan, kenamaan dan kecantikan itu mereka tidak bersuyukur, zalim, kufur,  malah takbur kepada Allah dan sesama manusia.  Sebaliknya orang miskin, marhein dan melarat itu hakikatnya berjaya sekiranya mereka mengingati Allah dalam kesabarannya.”
“Tetapi kalau mereka miskin kerana malas… tidak gigih mencari ilmu, menambah kemahiran  dan ilmu, lalu mereka sabar, apakah itu juga boleh dikatakan berjaya?”
Kritikal betul cara berfikir pelajar ni, bisik hati saya.
“Orang malas bukan orang yang ingat Allah. Sabar itu bukan pasif dan tidak produktif. Sabar itu aktif dan produktif.  Orang yang ingat Allah, akan ingat akhirat. Orang yang ingat akhirat akan sentiasa sibuk di dunia…”
“Orang yang ingat akhirat akan sibuk di dunia?”
“Ya, sebab dia sedar dia hendak menuai di akhirat, jadi sibuklah dia menanam di dunia. Dunia ini jadi kebunnya… Lihat orang berkebun, dia akan  sibuk menebas, menggempur, menyemai benih, memberi baja, mengairi, menjaga tanamannya dari serangga dan macam-macam lagi… Begitulah orang yang hendak menuai di akhirat, akan sibuk di dunia.”
“ Agaknya inilah yang dimaksudkan orang yang paling bijak ialah orang yang mengingati mati dan membuat persediaan untuk menghadapinya…”
“Benar. Benar sekali. Sebaliknya, sipemalas ialah orang yang dungu, bukan orang yang sabar. Dia tidak akan dapat pahala sabar… sebaliknya mendapat dosa kerana kemalasannya.”
“Malas itu satu dosa?”
“Ya, malas itu satu dosa. Cara bertaubat dari dosa malas ialah dengan gigih bekerja. Kita adalah khalifah di muka bumi. Seorang khalifah wajib memberi kebaikan kepada diri, orang di sekelilingnya dan alam seketiranya. Untuk itu dia mesti rajin. Bagaimana seorang pemalas boleh melaksanakan tugasnya sebagai khalifah?”
Saya teringat khutbah yang baru saya dengar bulan lalu. Yang boleh saya simpulkan daripada kata khatib itu ialah, keadaan yang kita hadapi atau apa yang kita miliki, bukan pengukur kejayaan kita. Sebaliknya, kejayaan kita terletak kepada sejauh mana diri kita mengingati Allah ketika memiliki sesuatu atau semasa kita menghadapi suatu situasi.
Akan saya sampaikan semula apa yang saya terima kepada pelajar itu, insyaAllah. Ya, saya masih ingat ketika khatib itu menegaskan:” Kejayaan Nabi Ibrahim AS bukan kerana baginda tidak terjejas oleh api yang dinyalakan oleh Namrud tetapi kerana ketika di dalam nyalaan api itu Nabi Ibrahim mengingati Allah, kerana kalau kejayaan itu diukur pada tidak terjejas jasad baginda oleh api, apakah kita mengatakan bahawa ‘ashabul ukhdud’ yang terbakar kerana mempertahankan tauhid itu tidak berjaya? Apakah Masyitah dan anaknya yang terkorban apabila dihumban ke dalam api oleh Firaun itu tidak berjaya? “
Khatib itu menambah lagi:” Jika kita katakan, kejayaan itu kepada keadaan Nabi Ismail yang tidak jadi disembelih oleh ayahnya Nabi Ibrahim AS dengan digantikan dengan seekor kibyas… apakah  Nabi Zakaria AS yang syahid dan terbelah dua kerana digergaji oleh musuh Allah itu tidak berjaya? Apakah Sumayyah yang mati ditusuk lembing oleh kafir Quraisy itu tidak berjaya?”
Tanpa disedari air mata mengalir apabila Khatib itu berkata, “tuan-tuan, Nabi Ibrahim, Nabi Zakaria, Sumayyah dan Asyhabul Ukhdud semuanya berjaya… walaupun situasi ujian yang mereka hadapi berbeza. Justeru, yang menentukan suatu kejayaan  bukan situasi tetapi respons hati mereka ketika menghadapi  situasi itu. Respons hati mereka tetap sama, walaupun situasi yang mereka hadapi berbeza.”
“Respons hati mereka hanya mengingati Allah,” ujar pelajar itu.
“Ujian tidak akan menghina atau memuliakan kita tetapi reaksi atau respons kita terhadap ujian itulah yang memuliakan atau menghinakan kita. Yang sabar dan syukur, jadi mulia… lalu mereka berjaya. Yang putus asa dan takbur, jadi hina… lalu mereka gagal. Sering diungkapkan oleh bijak-pandai, jika dapat limau manis, bersyukurlah. Sebaliknya jika dapat limau masam, jangan kecewa… buatlah air limau!”
“Jadi berjaya di dunia itu letaknya pada hati?” rumus pelajar yang bijak itu.
“Ya. Terletak pada ‘qalbun salim’ – hati yang sejahtera. Hati yang boleh dimiliki oleh sikaya, simiskin, ternama, marhein, sicantik, yang hodoh, pemerintah mahupun rakyat. Hati itulah yang dinilai oleh Allah di Padang Mahsyar kelak ketika semua anak-pinak dan harta-benda tidak berguna lagi…”
Saya menambah lagi,“ Hati yang ingat Allah pada setiap masa, ketika dan keadaan apa pun jua. Itulah kejayaan! Allah Maha adil tidak meletakkan kejayaan kepada yang lain kerana ujian hidup manusia yang ditakdirkan berbeza-beza. Namun berbeza-beza ujian itu matlamatnya sama… sejauh mana kita merasakan kita hamba Allah dan kepadaNya kita akan dikembalikan!”
“Bukankah itu makna ucapan istirja’ -  innalillah wa in na ilaihi rajiun? – kami milik Allah, kepadaNya kami akan kembali,” balas pelajar itu.
Saya mengangguk perlahan, seraya berkata, “hati itulah anakku… yang perlu kita miliki sebelum kembali. Itulah ‘syurga’ di hati kita. Itulah kecemerlangan di dunia yang menjadi petanda kecemerlangan akhirat. Jika di hati kita belum ada syurga itu ketika hidup di dunia… maka sukarlah kita mendapat syurga yang kekal abadi di akhirat nanti!”
“Apa yang perlu kita lakukan ustaz?”
Saya terdiam. Di dalam hati terlalu sebak. Masih jauh hati ini dengan ‘syurga’ dunia. Dan alangkah jauhnya dengan syurga  akhirat.
“Anakku, kita akan terus diuji. Beruntunglah kerana ujian ini masih ada. Allah masih sudi menguji kita. Hidup masih berbaki. Kalau gagal, kita masih berpeluang untuk mengulang. Mencintai syurga bukan bererti meminggirkan dunia… kerana ada ‘syurga’ di sini, yang wajib kita miliki sebelum layak menikmati syurga di sana.”
“Syurga di hati kita…”
“Yang ditempa oleh setiap hamba Allah yang sejati… dengan keringat, dengan air mata dan sesetengahnya dengan darah. “
“Hidup di dunia untuk menderita?”
“Tidak anakku… hidup di dunia untuk diuji. Kita akan tenang, berjaya dan bahagia selagi Allah ada di hati kita. Ingat, ‘all is well’, kerana semuanya dari Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.  Bila diuji, jangan katakan.” ya Allah, ujian-Mu sangat besar. Tetapi katakan, wahai ujian, aku ada Allah yang Maha besar.”
‘Allah is bigger than your problems… insyaAllah, all is well!’ . Tetap adalah lautan kasihNya di sebalik ujianNya yang setitis.

Friday, 28 December 2012

♥ Hikmah

“Sesungguhnya, bersama kesulitan ada kemudahan” (al-insyirah : 6)

Apabila, ada orang datang mengadu pada kita tentang masalah dia, pelbagai cara kita boleh kata. lama mana pun kita sanggup tadah telinga. seluas luasnya kita berlapang dada. nasihat, saranan, kata kata, cukup lengkap boleh kita hulur.

Tapi, bila tiba masa kita, kita tak berupaya hatta pujuk diri sendiri. orang yang melihat akan banyak berkata, tabahlah, kuatlah, bangkitlah, tapi sungguh takkan sama dengan apa yang kita rasa. serius. takkan sama. mungkin kita boleh tipu mereka dengan senyuman yang pahitnya hanya kita tahu. mungkin boleh kita sorok, padahal air mata dah tak upaya nak keluar lagi, mungkin boleh kita palsukan dengan kata kata, “takpe, aku okay. terima kasih ye” padahal hati dah koyak rabak, sepi dan mungkin dah takde dalam diri. Masa tu, kita akan lebih banyak diam. fikir balik. reflek diri.

Kenapa aku diuji? kenapa, AKU?

Lalu, masa tu, kita akan lebih rasa betapa Allah itu sangat dekat. kalau kita tak diuji, ada ke kita nak duduk diam diam, sorang sorang, fikir balik apa tujuan hidup ini? mungkin tak, kerana kita tak rasa keperluan dan kebergantungan kita pada Allah, kita lupa, yang mengizinkan segalanya terjadi adalah DIA. saat diri diuji, hati akan lebih lembut. Saat itulah kita rasa nak letakkan sepenuh pengharapan pada Allah.

Saat itulah solat, doa , segala ibadah kita, kita lakukan sepenuh hati, seikhlas mungkin kerana saat diri diuji baru kita sedar, betapa kerdil diri ini. Ujian sebenarnya bertujuan menguatkan. Ujian sebenarnya, teguran dari Tuhan untuk kita agar tidak terlalu lalai dengan keseronokan dan kenikmatan yang diberi sehingga buat kita lupa untuk mengucap syukur sepenuh hati. Ujian sebenarnya, untuk buat kita sedar dari mimpi. Mimpi yang bakal disoal nanti. Kenapa AKU yang diuji?

Ujian itu sebenarnya MANIS

Mungkin kerana, kita banyak lupa pada Illahi? mungkin untuk menguatkan kembali iman dalam diri? mungkin, bila mana ada orang datang dan berkongsi masalah diri, kita akan lebih memahami, kerana kita pernah mengalami? Segalanya mungkin, kerana Allah tidak pernah menjadikan sesuatu itu untuk tujuan yang sia sia. pasti ada tujuannya, dan ketahuilah bahawa hidup ini bukan untuk berseronok sahaja, ada amanah yang tergalas di bahu kita.

Jangan besarkan masalah, besarkan Tuhan yang Maha membukakan jalan. kuatlah kawan, sesungguhnya Allah itu takkan membebani hamba hambaNya di luar kemampuan hamba hambaNya..
Cepat atau lambat, hikmah itu bakal tersingkap

Perkongsian dari: http://akuislam.com <------ Klik, jgn x klik!