Wednesday 5 December 2012

♥ Detik-II Rasulullah s.a.w Menghadapi Sakaratul Maut.

Pagi itu,walaupun langit tlh mulai menguning, burung2 gurun enggan mengepakkan sayapnya. Waktu itu, Rasulullah s.a.w dgn suara terbatas m'berikan khutbah, "Wahai umatku, kita semua ada dlm kekuasaan Allah & cinta kasih-Nya. Maka,taati & b'takwalah kpda-Nya. Ku wariskan 2 perkara kpd kalian,Al-Quran & Sunnahku. Barangsiapa mencintai sunnahku,bererti mencintai aku & kelak orang2 yg mencintaiku akan masuk syurga bersama2 aku." Khutbah singkat itu diakhiri dgn pandangan mata Rasulullah yg tenang & penuh minat menatap sahabatnya 1 persatu.

Abu Bakar menatap mata itu dgn berkaca2,Umar dadanya naik turun menahan nafas & tangisnya. Usman menghela nafas panjang & Ali menundukkan kepalanya dlm2. Isyarat itu tlh datang,saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu hampir selesai menunaikan tugas di dunia.

Tanda-II itu semakin kuat, tatkala Ali & Fadhol dgn cergas menangkap Rasulullah yg berkeadaan lemah & goyah ketika turun dr Mimbar. Disaat itu,kala mampu, seluruh sahabat yg hadir disana pasti akan menahan detik2 b'lalu.

Matahari kian tinggi,tp pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedangkan di dlmnya, Rasulullah sedang t'baring lemah dgn keningnya yg berkeringat & m'basahi pelepah kurma yg m'jadi alas tidurnya.

Tiba2 dari luar pintu, terdengar seorang yg berseru mengucapkan Salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya.

Tp,Fatimah tak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata fatimah yg m'balikkan badannya menutupi pintu. Kemudian, ia kembali menemani ayahnya yg ternyata sudah membuka mata & bertanya kpd Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"

"Tak tahulah ayahku,orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu,Rasulullah menatap puterinya itu dgn pandangan yg m'getarkan, seolah2 bhgn demi bhgn wajah anaknya itu hendak dikenang.

"Ketahuilah, dialah yg m'hapuskan kenikmatan sementara, dialah yg memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikat maut," kata Rasulullah.

Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tdk ikut sama menyertainya. Kemudian, dipanggillah Jibril yg sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah & penghulu dunia ini.

"Jibril,jelaskan apa hakku nanti di hdpn Allah?" tanya Rasulullah dgn suara yg amat lemah. "Pintu-II langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu, semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi, itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tak senang mendengar khabar ini?" tanya Jibril lagi.

"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" tanya Rasulullah.

"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah m'dengar Allah berfirman kpdku; Ku haramkan bagi sesiapa sahaja kecuali umat Nabi Muhammad tlh berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-II itu semakin dekat,saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat2 lehernya menegang.

"Jibril, betapa sakit sakaratul ini," perlahan Rasulullah mengadu. Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan mukamu wahai Jibril?" tanya Rasulullah kpd malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yg sanggup melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian, t'dengar Rasulullah memekik krn sakit yg tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dasyat nian maut ini. Timpakan saja semua siksa maut ini kpdku, jgn pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin,kaki & dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak m'bisikkan sesuatu, Ali segera m'dekatkan telinganya. "uushiikum bis shalati wa maa malakat aimanuku (peliharalah solat & peliharalah orang2 lemah di antaramu).

Dluar pintu, tangis mulai t'dengar bersahut,shbt saling b'pelukan,Fatimah menutupkan tgn dwajahnya & Ali kembali m'dekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yg mulai kebiruan. "ummatii..3x(umatku3x)". Dan berakhirlah hdp Rasulullah...

No comments:

Post a Comment